Rabu, 01 November 2017

KRITIK ARSITEKTUR TENTANG BANGUNAN “RUMAH SEJARAH PONDOK CINA”

SEJARAH
        Tengoklah Rumah Tua Pondok Cina. Rumah bergaya arsitektur Belanda itu harus terapit megahnya pembangunan hotel di area pusat perbelanjaan megah Margo City. Mungkin musisi legendaris Iwan Fals tak salah jika dia pernah membuat lagu berjudul 'Ujung aspal Pondok Gede'. "Sampai saat tanah moyangku tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota," begitu petikan reff rain karya Virgiawan Listanto yang masih membumi saat ini. Petikan itu seolah menjadi pembenaran atas pembangunan sebuah kota. Esensi pembangunan massal menjadi seolah wajar jika situs bersejarah harus menjadi kenangan. "15 tahun lalu rumah itu masih dalam kondisi utuh," kata Adi, 50 tahun warga asli Pondok Cina saat ditemui kemarin. Kini bangunan itu memang terbengkalai.
           



          Tepatnya sejak pembangunan hotel tepat di depan Margo City Square. Area di pelataran rumah tua Pondok Cina kini ditutup sementara oleh pengembang Margo City, PT Puri Dibya. Rumah itu memang menjadi daya tarik bagi pengunjung Margo City. Ulasan sejarah Kota Depok itu pun ditorehkan melalui media reklame buat menambah daya tarik pengetahuan pengunjung. Sebelum ditutup sementara, rumah Pondok Cina pernah dijadikan cafe. Oh La La Cafe pernah nangkring di rumah tua itu untuk melengkapi sarana area pusat perbelanjaan Margo City Square. Setelah itu Old House Coffe menjadi penghuni selanjutnya. Pengunjung bisa menikmati kopi sambil berhayal jadi tuan tanah. Maklum, Old House Coffe memanjakan pengunjung dengan menyeruput kopi sambil menikmati sisa gaya arsitektur Belanda rumah tua itu.
           

         Kini rumah itu seoalah tak terurus. Cat di dinding rumah tua Pondok Cina sebagian mengelupas. Pelataran dengan lantai berwarna merah itu bercampur dengan tanah. Deru mesin pemotong dari para pekerja bangunan hotel itu menjadi lagu merdu bagi para pengunjung yang sekadar ingin melongok rumah Pondok Cina. Sekilas rumah itu memang tak berubah. Namun beberapa bagian ada penambahan. Misalnya, atap rumah bisa dijadikan tempat buat nongkrong. Padahal sebelum dibangun Margo City, rumah Pondok Cina bisa dilihat ketika melintas di Jalan Margonda Raya. "Dulu hanya dipagari seng dan berisi tukang tanaman," ujar Adi mengenang. Kini jangan harap rumah Pondok Cina bisa terlihat dari Jalan Margonda Raya.

  
DAFTAR PUSTAKA :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar